WIRASWASTA ONLINE           BIRO JODOH           MOBIL DIJUAL           RUMAH DIJUAL

Senin, 07 Februari 2011

Malas, Membuat Hidup Semakin Berkualitas

Mungkin judul yang satu ini agak kontroversi dengan paradigma kebanyakan orang. Sebagian ada yang bertanya, mana mungkin ada malas yang berkualitas? Masak sih, malas itu berkualitas? Bukannya orang malas itu temannya setan? Ah,ada-ada adja kau ini, ngaco tahu.. Ok lah kalau begitu, saya sangat memaklumi jika ada yang bertanya seperti itu. eits... tunggu dulu kalau aku yang ditanya pasti akan menjawab ADA. Buktinya? Ntar aku jelasin. kalau bukti mah jangan ditanya, terlalu banyak bukti soalnya. Bahkan menurtuku kemajuan teknologi ini disebabkan oleh para malas. Tanpa kemalasan, mungkin tak satu pun teknologi terlahir. Mulai dari yang sederhana sampai yang luar biasa. Semua technologi itu ada disebebakan oleh ulah “orang-orang pemalas”. Karena malas, akan menunjang daya kreativitas!

Setuju? ^_^ so, pasti!
Mungkin sebagian ada yang mengerutkan dahi setelah memebaca pernyataan saya ini. Nanti kita akan melihat apakah pernyataan saya ini benar apa salah. Kita akan melihat betapa sekian banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang malas lah yang memberi kontribusi yang cukup signifikan dalam kemajuan teknologi di zaman ini.

Rasa malas mendorong kreativitas. Dari situ, seseorang bisa menghasilkan sesuatu yang lebih banyak daripada orang yang bekerja keras. Misalnya, orang yang memasangkan bajak di pundak sapi adalah orang yang tidak ingin memeras keringat dengan mencangkul. Siapapun yang menggiling gabah dengan memanfaatkan air terjun adalah dia yang benci harus menumbuk padi dengan alu. Mereka semua adalah para pemalas. Tapi, kemalasan itu nyatanya berefek positif, mampu membawa perubahan besar bagi peradaban manusia. Itu sekadar contoh teknologi sederhana, belum yang lainnya. Belum lagi jika berbicara tentang telpon, internet, hp, komputer, pesawat, mobil, sepeda motor, dan lain sebagainya. Semua teknologi itu lahir tak lain karena kebanyakan manusia berpikir “malas”.

Para pemalas hanya melakukan apa yang mereka sukai dan senangi. Jadi, motivasi mereka adalah yang penting enak, mudah dan praktis. Ndak mau ribet pokoknya. Dalam mengerjakan pekerjaan masing-masing, mereka sangat gembira dan seperti hanya bermain-main saja. Pikiran dan tubuh senantiasa segar bugar. Kreativitas terus meningkat. Inilah salah satu kunci kesuksesan.

Sebaliknya, para pekerja keras bekerja dengan membabi-buta. Hal yang mereka dapatkan tentu saja kelelahan fisik dan mental. Motivasinya biasanya uang. Kreativitas terbelenggu dan bawaannya hanya mengeluh.

Dari sini kita bisa ambil kesimpulan bahwa sebenarnya rasa malas lah yang menunjang kreativitas. Iya kan? Coba aja kalau ndak ada orang yang berpikir malas. Pasti kita akan bersusah payah naik haji tanpa pesawat. Jangankan pesawat, naik kendaraan aja mungkin ndak. Orang naik pesawat atau kendaraan tak lain karena disebabkan oleh rasa malas. Malas kecepean, ribet, dan lain sebagainya. Dtiambah lagi malas buang-buang waktu, tenaga dan biaya.

Bahkan orang beribadah pun juga disebabkan malas. Yaitu malas disiksa dan sengsara di akhirat kelak. Inilah yang dinamakan Malas yang Positif. Rasa malas seperti ini sangat membantu manusia untuk menjadi pribadi yang anggun dan berkualitas.
Tahu ndak, bahkan Pak Mario Teguh yang kita kenal sebagai Motivator pun juga dihinggapi oleh rasa malas juga lho. Dalam sebuah statusnya di FB, beliau pernah menulis;

Apakah Pak Mario
pernah merasa malas?

Sebetulnya, saya ini pemalas.

Rasa malas adalah rahmat,
yang dianugerahkan kepada
semua orang.

Tapi, tidak setiap orang
menggunakan rasa malas
untuk membesarkan dirinya.

Saya sangat malas sekali
menggunakan waktu untuk
hal-hal yang tidak berguna.

Tapi itu setelah saya tersiksa
karena malas melakukan yang baik.

Jadi, malaslah menjadi pribadi
yang tidak bernilai.
 


Hem.. mencerahkan sekali bukan kata-kata beliau. Ternyata, seorang Motivator yang penuh gairah pun juga punya rasa malas. “Malas adalah rahmat yang dianugerahkan kepada semua orang” itu kata beliau.

Paradigma ini terinspirasi dari sebuah buku yang berjudul “Malas Tapi Sukes” karya Fred Gratzon
(Oleh Rizal Ahmad Hanifida)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar